اللهم اجْعَلِ الْقُرْآنَ لَناَ فِي الدُّنْياَ قَرِيْناً، وَفِي الْقَبْرِ مُؤْنِساً، وَفِي الْقِياَمَةِ شَفِيْعاً، وَعَلَى الصِّرَاطِ نُوْراً، وَإِلَى الْجَنَّةِ رَفِيْقاً، وَمِنَ النَّارِ سِتْراً وَحِجَاباً، وَإِلَى الْخَيْرَاتِ كُلِّهَا دَلِيْلاً وَإِماَماً، بِفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا كَرِيْمُ.
1.At-Tartil, yaitu membaca Al-Qur’an dengan tempo lambat/pelan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid, serta memperhatikan ma’nanya. Tempo bacaan inilah yang paling bagus, karena sesuai dengan perintah Allah dalam Surat Al-Muzammil.
2.At-Tahqiq, yaitu membaca Al-Qur’an dengan tempo lebih lambat dari tartil, tempo bacaan ini lazim di gunakan dalam mengajarkan bacaan Al-Qur’an.
3.At-Tadwir, yaitu membaca Al-Qur’an dengan tempo pertengahan, yaitu tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lambat (antara Tartil dan Hadr). Ukuran bacaan yang digunakan dalam tadwir adalah ukuran pertengahan, yaitu jika ada pilihan memanjangkan bacaan boleh 2, 4, atau 6 maka tadwir memilih yang 4.
4.Al-Hadr, yaitu membaca Al-Qur’an dengan cepat, namun tetap memelihara hukum-hukum tajwid. Cepat disini biasanya menggunakan ukuran terpendk selagi di bolehkan, seperti membaca mad jaiz dengan 2 harokat.
وقد أورد المصنف -رحمه الله- فيه حديثًا واحدًا، وهو حديث أبي هريرة قال: قال رسول الله ﷺ: وما اجتمع قومٌ في بيت من بيوت الله، يتلون كتاب الله، ويتدارسونه بينهم، إلا نزلت عليهم السكينة، وغشيتهم الرحمة، وحفتهم الملائكة، وذكرهم الله فيمن عنده، رواه
حدّثنا عمرو بنُ حمادٍ ثَنَا قزعةُ بنُ سويدٍ ، عَنْ حميدٍ الأعرجِ ،، قال: مَنْ قرأَ القرآنَ ثُمَّ دعا، أمَّنَ علَى دعائِهِ أربعةُ آلافِ مَلَكٍ
: “Dan tatkala dibacakan Al-Qur’an, maka dengar kanlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat”