الكل حكيم مادامت القصة قصة
Semua orang menjadi ahli hikmah selama kejadiann itu tidak terjadi pada diri nya ,,, ketika kejadian terjadi pada diri nya maka lain lagi cerita nya.
خير الناس من انفع الناس Dilatar belakangi dari segala kekurangan kekhawatiran atas kebodohan namun tetap berharap menjadi pribadi yang bermanfaat untuk diri sendiri juga kepada orang lain. Blog ini adalah bagian dari upaya mengaplikasikan dari makna hadis Rasulullah SAW. tsb. Semoga menjadi sebab memperoleh karunia dan ridha ilahi. لاحول ولاقوة الابالله العلي العظيم
الكل حكيم مادامت القصة قصة
Semua orang menjadi ahli hikmah selama kejadiann itu tidak terjadi pada diri nya ,,, ketika kejadian terjadi pada diri nya maka lain lagi cerita nya.
Rosulullah SAW bersabda :
مَنْ نَكَحَ ِللهِ وَأَنْكَحَ ِللهِ فقد اِسْتَحَقَّ وِلاَيَةَ اللهِ
Barang siapa (suami istri) yang menikah karena Allah, dan (orang tua) menikahkan karena Allah, maka dia berhak mendapatkan lindungan Allah.
Doa mamapelai dan doa para wali mamapelai ketika itu mustajab,,, manakala tidak terkontaminasi dengan perbuatan maksiat.
1. Salah satu kriteria istitho’a adalah : Ada kendaraan menuju Makkah saat memasuki bulan Dzulhijah.
2. Orang yang telah mendaftar dianggap belum memiliki kendaraan menuju Makkah sebelum ia dijadwalkan berangkat dan memasuki bulan Dzulhijah. Maka seluruh daftar orang yang berada di antrian haji pada dasarnya belum terkena Khitob Wajib haji karena masih menunggu.
3. Orang yang daftar haji dinyatakan terkena Khitob wajib apabila ia telah memasuki bulan Dzul hijah yang pada bulan itu juga ia sudah dijadwalkan berangkat.
4. Jika ia meninggal dalam kondisi ke 3 itulah baru kemudian ia diwajibkan untuk dibadalkan ahli warisnya.
Pun demikian, jika antum kaji lebih dalam, sebenarnya meskipun telah memenuhi kondisi nomor 3, seseorang tetap tidak terkena Khitob wajib haji karena sistem Visa haji sebenarnya adalah pemalakan. Nah, adanya pemalak ini menyebabkan kita tidak wajib haji juga.
«تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي» (٤/ 21):
«(فَلَوْ خَافَ عَلَى نَفْسِهِ) أَوْ بَعْضِهِ (أَوْ مَالِهِ) ، وَإِنْ قَلَّ (سَبُعًا أَوْ عَدُوًّا) مُسْلِمًا أَوْ كَافِرًا (أَوْ رَصَدِيًّا) وَهُوَ مَنْ يُرْصِدُ النَّاسَ أَيْ يَرْقُبُهُمْ فِي الطَّرِيقِ أَوْ الْقُرَى لِأَخْذِ شَيْءٍ مِنْهُمْ ظُلْمًا (وَلَا طَرِيقَ) لَهُ (سِوَاهُ لَمْ يَجِبْ الْحَجُّ) لِحُصُولِ الضَّرَرِ»
«قَوْلُ الْمَتْنِ (أَوْ رَصَدِيًّا) بِفَتْحِ الصَّادِ الْمُهْمَلَةِ وَسُكُونِهَا نِهَايَةٌ وَمُغْنِي وَمِثْلُ الرَّصَدِيِّ بَلْ أَوْلَى كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ أَمِيرُ الْبَلَدِ إذَا مَنَعَ مِنْ سَفَرِ الْحَجِّ إلَّا بِمَالٍ وَلَوْ بِاسْمِ تَذْكِرَةِ الطَّرِيقِ
كم من عمل يتصور بصورة أعمال الدنيا ويصير بحسن النية من أعمال الأخرة، وكم من عمل يتصور بصورة أعمال الأخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية
“Betapa banyak aktivitas menyangkut urusan dunia namun lantaran niat yang baik, berubah menjadi aktivitas yang bernilai akhirat. Sebaliknya, betapa banyak aktivitas keagamaan kemudian menjadi aktivitas duniawi belaka lantaran niat yang buruk.”
Maka dari itu, bekerja mengais rezeki dengan segala bentuknya yang halal, mulai dari bertani, berdagang, berprofesi, karyawan dll. Dapat bernilai ibadah jika didorong oleh motif (niat) yang baik. Rasululllah Saw bersabda:
من طلب الدنيا حلالاً استعفافاً عن المسألة، وسعياً على أهله، وتعطفاً على جاره بعثه الله يوم القيامة ووجهه كالقمر ليلة البدر. ومن طلب الدنيا حلالاً مُكاثراً مفاخراً مُرائياً لقي الله تعالى يوم القيامة وهو عليه غضبان
“Barangsiapa yang mengais rezeki dengan cara yang halal dengan alasan (a) menjaga (harga diri) untuk tidak meminta-minta kepada orang lain, (b) untuk menyukupi kebutuhan keluarga dan (c) merasa simpati kepada tetangganya (tidak mau merepotkan tetangga) maka ia akan dibangkitkan kelak di Hari Kiamat dengan wajah berseri laksana rembulan purnama. Sebaliknya, barangsiapa mencari rezekii halal dengan tujuan (a) untuk berasaing dan berlomba-lomba mengumpulkan harta, (b) menyombongkan diri dan (c) memamerkan (kekayaan), maka ia akan menjumpai murka Allah Swt kelak di hari kiamat.”
Dikisahkan bahwa suatu ketika Nabi Daud As. berkeliling menyusuri wilayah kekuasaannya. Karena ia seorang raja dan berharap tidak ada seorangpun yang mengenalinya, ia memutuskan untuk menyamar sebagai warga sipil. Setiap warga negara yang berpapasan dengannya akan dimintai pendapat dan komentar tentang dirinya (Nabi Daud As). Atas perintah Allah Swt, Malaikat Jibril As. segera menghampirinya dengan merubah wujud sebagai manunsia (berkamuflase). Segera saja Nabi Daud As melontarkan pertanyaan kepada Malaikat Jibril As yang tidak dikenalnya lantaran berwujud manusia, “Wahai pemuda, bagaimana komentarmu tentang Daud?Tanya Nabi Daud As.
Dengan jujur dan apa adanya Malaikat Jibril As menjawab, “Daud adalah sebaik-baiknya hamba Allah. Hanya saja masih ada satu prilaku yang kurang berkenan,” segera Nabi Daud As menimpali, “Apa gerangan prilaku itu?” Dengan sangat terbuka Malaikat Jibril As menjawab, “Dia (Daud) masih memakan uang hasil kas kaum muslimin (bait al-Mal). 3 Padahal tidak ada seorang hamba yang lebih dicintai Allah Swt melebihi seorang yang yang makan dari hasil jerih payahnya sendiri.”
Mendengar hal itu Nabi Daud As bergegas pulang dan bersimpuh di bawah mihrab dengan berlinang air mata, seraya memohon kepada Allah Swt, “Duhai Tuhanku, berilah hamba keahlian dalam berterampil sehingga dengannya hamba bisa bekerja dengan usaha sendiri dan tidak lagi bergantung kepada harta umat muslim.” Segera saja doa Nabi Daud. didengar dan dikabulkan oleh Allah Swt. Ia dikaruniai keahlian dalam membuat baju zirah (baju besi), dan sejak saat itu –setelah menyelesaikan tugasnya sebagai pemimimpi yang melayani kebutuhan masyarakatnya—Nabi Daud As bekerja sebagai pengrajin baju besi untuk menghidupi diri pribadi beliau dan segenap keluarganya. 4 Hal ini sebagaimana tercermin dalam Al-Quran surah Saba’ ayat 10:
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
۞ وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ مِنَّا فَضْلًاۗ يٰجِبَالُ اَوِّبِيْ مَعَهٗ وَالطَّيْرَ ۚوَاَلَنَّا لَهُ الْحَدِيْدَۙ
“Sungguh, benar-benar telah Kami anugerahkan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman), ‘Wahai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang kali bersama Daud!’ Kami telah melunakkan besi untuknya.” (QS. Saba' [34]: 10).
وَعَلَّمْنٰهُ صَنْعَةَ لَبُوْسٍ لَّكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِّنْۢ بَأْسِكُمْۚ فَهَلْ اَنْتُمْ شٰكِرُوْنَ
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Kami mengajarkan pula kepada Daud cara membuat baju besi untukmu guna melindungimu dari serangan musuhmu (dalam peperangan). Maka, apakah kamu bersyukur (kepada Allah)?” (QS. Al-Anbiyā [21]:80)
Dengan demikian, bekerja merupakan salah satu bentuk aktivitas berdimensi akhirat bila disertai dengan niat yang baik, seperti untuk menghindari ketergantungan kepada orang lain, memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagainya. Syekh Tsabit al-Banani mengatakan: “Telah sampai kepadaku kabar bahwa sesungguhnya nilai ibadah terbagi menjadi sepuluh bagian/porsi. Satu porsi terkandung dalam ritual peribadatan formal (spt salat, haji dll) dan sembilan porsi sisanya terkandung dalam aktivitas yang menjadi mata pencaharian (bekerja).”
Sumber:
1. Syekh az-Zarniji, Ta’lim al-Muta’allim, (Surabaya: Nurul Huda, tt), hal, 10
2. Syekh Nashr bin Muhammad as-Samarqandi, Tanbih al-Ghafilin, (Damaskus: Dar Ibn Katsir, 2000), hal, 40
3 Sebenarnya bait al-Mal bagi Nabi Daud As adalah halal, sebab beliau adalah seorang raja yang bertanggung jawab penuh atas kemaslahatan rakyatnya. Sehingga beliau memiliki hak dari sebagian harta bait al-Mal sebagai bayaran/gaji atas kerja dan jasa beliau. Wallahu a’lam
Artikel di atas merupakan karya dari Muhammad Afin, peserta lomba artikel dalam rangka Harlah 1 Tahun NU Online.
Seruan Sayyidina Ali untuk Pencari Kebenaran
Senin, 7 November 2016 | 10:00 WIB
Pernyataan ini mengandung asumsi bahwa sesungguhnya manusia memiliki potensi untuk mengetahui kebenaran secara mandiri. Memilah antara orang yang menyatakan "kebenaran" dan kebenaran itu sendiri penting agar kita tidak bias dalam menilai sesuatu. Tidak setiap yang datang dari orang yang kita cintai atau kagumi adalah benar, dan tidak pula seluruh yang bersumber dari orang yang sangat kita benci atau musuhi adalah salah. Di sinilah kemandirian berpikir sekaligus ketawadukan seorang pembelajar ditantang dan diuji. Ini juga menguatkan ungkapan populer yang berseru, "Lihatlah apa yang dikatakan, jangan lihat siapa yang mengatakan."
Pernyataan tersebut juga bukan berarti bahwa belajar kepada guru tidak penting. Justru sebaliknya, guru dalam pengertian luas bisa tersebar di mana-mana, bahkan siapa dan apa saja. Hanya saja, yang penting dicatat bahwa pembelajar adalah orang yang sedang mencari kebenaran, bukan sekadar menyerap informasi dari orang. Wallâhu a'lam
الكل حكيم مادامت القصة قصة Semua orang menjadi ahli hikmah selama kejadiann itu tidak terjadi pada diri nya ,,, ketika kejadian terjadi pa...